Farewell, My Friend
source
Great people always leave us first...
Great people always leave us first...
Awal April 2011 seharusnya menjadi hari-hari bahagianya. Hari dimana dia mulai menjalani aktivitas seorang ibu dengan bayi keduanya. Hari dimana dia, suami, dan puteri kecilnya berbahagia dengan kehadiran anggota baru di keluarganya. Namun Allah berkehendak lain. Setelah berhasil melahirkan seorang bayi laki-laki di 28 Maret 2011, Allah memanggilnya di 2 April 2011.
Shock, kaget, dan tidak percaya saat itu bercampur jadi satu. Bagaimana tidak, beberapa waktu sebelumnya dia berpamitan untuk cuti melahirkan selama 3 bulan. Komunikasi kami hanya terbatas saling menyapa via twitter dan masih merencanakan untuk karaokean bersama yang tidak terlaksana karena kondisi badannya yang kurang sehat.
Pada hari aku mendengar kabar dia melahirkan namun tidak boleh ditengok dulu karena berada di ruang ICU, aku tidak mengirimkan sms ucapan selamat padanya. Dalam pikiranku nanti saja kalau dia sudah pulih karena sepengetahuanku kalau sudah masuk ICU tidak mungkin akan membawa ponsel.
Esok harinya beberapa orang teman kantor mulai kasak-kusuk dan menyinggung tentang pre-eklamsia. DEG! Aku sangat terkejut. Eklamsia? Firasatku sangat tidak enak, bahkan aku tidak mengomentari statusnya karena aku pernah membaca bagaimana eklamsia tersebut merengut nyawa tiba-tiba.
Saat itu aku baru tahu kalau temanku itu sebenarnya datang ke RS untuk kontrol dan diminta untuk melahirkan secara caesar karena kondisi pre-eklamsia. Dia sempat sadar setelah melahirkan dan menulis status di FB tentang kondisinya dan bayinya namun kemudian dia mengalami kejang-kejang sebelum akhirnya tidak sadar dan meninggal di hari sabtu kelabu itu.
Hari minggu kulalui dengan rasa sedih masih sangat mengganjal di hati, bahkan beberapa hari setelah kepergiannya, aku masih belum bisa mengendalikan emosi. Hari Senin pagi saat sampai di kantor aku bersusah payah untuk menahan air mata yang terasa akan mengalir setiap saat. Begitu banyak kenanganku bersamanya di kantor tersebut walaupun kami baru kenal selama hampir dua tahun. Bahkan sampai saat ini aku dan beberapa orang teman sekantor menganggapnya masih cuti melahirkan. Namun apapun yang terjadi, ada hikmah di balik musibah,
So Long Galuh Pramesti Sitoresmi, be a guardian angel for your husband, Netya, and Aksa.
Shock, kaget, dan tidak percaya saat itu bercampur jadi satu. Bagaimana tidak, beberapa waktu sebelumnya dia berpamitan untuk cuti melahirkan selama 3 bulan. Komunikasi kami hanya terbatas saling menyapa via twitter dan masih merencanakan untuk karaokean bersama yang tidak terlaksana karena kondisi badannya yang kurang sehat.
Pada hari aku mendengar kabar dia melahirkan namun tidak boleh ditengok dulu karena berada di ruang ICU, aku tidak mengirimkan sms ucapan selamat padanya. Dalam pikiranku nanti saja kalau dia sudah pulih karena sepengetahuanku kalau sudah masuk ICU tidak mungkin akan membawa ponsel.
Esok harinya beberapa orang teman kantor mulai kasak-kusuk dan menyinggung tentang pre-eklamsia. DEG! Aku sangat terkejut. Eklamsia? Firasatku sangat tidak enak, bahkan aku tidak mengomentari statusnya karena aku pernah membaca bagaimana eklamsia tersebut merengut nyawa tiba-tiba.
Saat itu aku baru tahu kalau temanku itu sebenarnya datang ke RS untuk kontrol dan diminta untuk melahirkan secara caesar karena kondisi pre-eklamsia. Dia sempat sadar setelah melahirkan dan menulis status di FB tentang kondisinya dan bayinya namun kemudian dia mengalami kejang-kejang sebelum akhirnya tidak sadar dan meninggal di hari sabtu kelabu itu.
Hari minggu kulalui dengan rasa sedih masih sangat mengganjal di hati, bahkan beberapa hari setelah kepergiannya, aku masih belum bisa mengendalikan emosi. Hari Senin pagi saat sampai di kantor aku bersusah payah untuk menahan air mata yang terasa akan mengalir setiap saat. Begitu banyak kenanganku bersamanya di kantor tersebut walaupun kami baru kenal selama hampir dua tahun. Bahkan sampai saat ini aku dan beberapa orang teman sekantor menganggapnya masih cuti melahirkan. Namun apapun yang terjadi, ada hikmah di balik musibah,
So Long Galuh Pramesti Sitoresmi, be a guardian angel for your husband, Netya, and Aksa.
Komentar
Posting Komentar